spasi; tanpa jeda.
Bagian 1.0 - "Yang Pertama"
( sebuah nyata yang tidak ada ) 

" Ruang itu tidak akan memberi hampa, jika saja kedua ke egoisan itu saling terhubung " 

Itu lah perkataan yang terakhir kali ia kata kan dalam bagian akhir dari sebuah cerita yang telah usai. 

Apakah masih ada ruang untuk bertemu kembali ? Atau memang waktu yang tidak setuju akan hal itu ? 

Pertanyaan itu selalu muncul di dalam kepala ku, entah kenapa sampai detik ini diriku masih memikir kan hal-hal itu. Membayangkan nya saja sudah terasa memusingkan kepala, apalagi setelah semua hal yang kemarin terjadi. 

` Ya, ku rasa itu tidak lebih dari sebuah penyesalan. Atau memang mungkin itu adalah kekecewaan ? ` 

Satu hal yang pasti , semua itu sudah berjalan seiring waktu di dunia. Kenyataan nya memang tidak enak untuk di terima tentang sesuatu yang tidak sesuai seperti apa yang kita mau. Walau begitu ruangan ini sangat lah luas, masih banyak sudut yang nanti nya menjadi tempat pertemuan dengan yang lain. 

Begitu lah cerita ini di mulai , saat masa-masa proses pendewasaan diri ku di mulai beberapa tahun yang lalu. Ku hampir tidak peduli apa itu yang nama nya cinta atau perasaan, mungkin hanya sekedar "rasa suka/menyukai" yang ada dalam benak pikiran ku saat itu. 

Perlahan hal itu menjadi sangat membosankan tapi terus bergeming di pikiran ku. Ah, menyebalkan sekali !. Awal nya memang ku tak pernah tertarik , sampai suatu momen dimana rasa suka itu menjadi hal yang sangat luar biasa. 

Sebut saja namanya Andi , dia teman sekelas ku sewaktu di sekolah menengah keatas saat itu. Ku yang tak pernah bergaul dalam ruang lingkup sosial mulai terbuka karena nya, yah masa-masa pubertas kan ? Keluar nongkrong bareng dengan perempuan tidak lah buruk juga. Kepribadian ku sangat tertutup saat itu, ku habis kan waktu hampir sepenuhnya di internet yang pada saat itu memang awal mulai nya teknologi berkembang di masa itu. 

Andi mengajak ku keluar untuk nongkrong bareng anak sekolah yang lain, tempat sekolah ku memang bersebelahan dengan sekolah lain nya yang memang ada perempuannya, berbeda dengan tempat ku yang benar-benar sepenuh nya laki-laki karena itu sekolah teknik. Lalu kita keluar menuju ke tempat tongkrongan, disana banyak sekali yang berkumpul. Agak canggung tapi ya ikutin aja, saat di tongkrongan itu hanya diri ku yang tidak banyak bicara dan fokus ke handphone ku. 

" Hei, siapa nama mu ? " 

Kata itu terdengar mengarah kepada ku, namanya Ita. Dia memanggil ku dan bertanya nama ku dan diriku hanya diam saja karena masih merasa canggung. Kemudian dia bertanya kepada Andi, katanya 

"siapa namanya ? Kok dia diem aja daritadi ndi ?" 
"oh, nama nya Deva. Temen sekelas ku, kang otak atik komputer, hahaha" 
( itu julukan ku di kelas , ya karena memang ku suka dengan teknologi, dan hampir semua teman-teman ku fokus pada teknik seperti otomotif atau yang lain )
"Wah bisa di andalin nih kalau ada tugas"
"Oh ya bener juga ya ta, kau kan anak multimedia"
"Dev, kalau ku ada tugas bantu yak ? , kata Andi kau jago komputer"
**masih canggung
"Ya , ga sejago itu. Ku juga masih belajar sih"
"Baiklah, ya udah sini bagi nomor handphone mu"
(kaget , kok tiba-tiba minta kontak ? ku masih bingung bukannya hal itu privasi ya?)
**sembari kasih nomor handphone.
"Nanti ku tanya-tanya ya kalau ada tugas yang ga ku bisa" 
"Gak janji loh" 

Percakapan kecil itu masih membuat ku bingung, segampang itu ya ? Tetapi hal itu sebenarnya sudah wajar sih di kalangan tongkrongan remaja, mungkin karena diri ku aja yang kurang bergaul, haha. 

Hari mulai malam, kami semua beranjak pulang. Andi sempat berbisik. 
"Dev cocok itu Ita sama kau, kelas dia sejalur sama hobi mu"
"Apaan sih ? Ku ga ada niat mengarah kesana"
"Ya elah dev, sesekali terbuka lah. Nikmati masa-masa sekolah ini, dekat dengan beberapa perempuan itu wajar"
"Gak, nanti-nanti aja itu"
"Ya sudah atur aja, awas loh kejadian. Dan kalau itu terjadi kau harus teraktir main warnet ya satu hari"
"Terserah kau lah ndi, yuk balik"
"Oke ku pegang janji mu"
"Woi .."
"Hahahahaha...." 

Ita manis sih anak nya, sederhana dengan apa yang dia pakai, dia juga rame anak nya di tongkrongan. Dia yang nanti nya jadi awal pembuka semua nya. Dan tak pernah terpikir sih tapi ya mau bagaimana lagi ? Waktu yang tetiba membuat hal itu bisa terjadi.
Apa yang di katakan Andi itu nanti jadi sebuah kenyataan, awal mula ku mulai merasakan sesuatu yang diriku sendiri tak bisa menolak nya pada nyata. 

Sesaat sebelum diriku memejamkan mata dari dunia fatamorgana ini alias tidur. Handphone ku berbunyi dan ada sebuah pesan masuk. 

"Dev, ini nomor ku ya kau simpan -Ita"
**masih shock
"Iya sudah"
"Jumat besok ada praktek kelas ku, kalau ku gak tau materinya minta tolong ya ?"
"Yah mana ku tau, kita beda kelas dan sekolahan"
"Pokoknya gak mau tau, tanggung jawab"
"Lah kok bisa gitu"
"Hahaha becanda kok, ku tidur duluan ya"
"Oke" 

Masih dalam tanya, ini gimana ya ? Ku harus lakuin apa kedepan ? Sudahlah, ngapain juga memikirkan hal yang rumit seperti itu. Lebih baik tidur. (dalam hati) 

Esok pagi nya , seperti biasa matahari yang hangat, segelas teh buatan nenek memang tak bisa di banding kan dengan yang lain. Kedamaian ini semoga bisa terus berlanjut. 

"Ku berangkat sekolah dulu ya nek"
"Iya hati-hati di jalan" 

Berangkat* , pada masa itu kalau berangkat ke sekolah diri ku hanya mengandalkan angkutan umum, yah karena gak punya kendaraan pribadi. Malahan terkadang ku jalan kaki, karena uang saku yang minim lebih ku belikan dua batang rokok untuk menemani perjalanan ke sekolah, hahaha. 

Karena hari ini kepingin aja jalan kaki, melewati pasar yang ramai tetiba nya di terminal angkutan umum, seperti sudah jadi rutinitas. Beli rokok lalu siap jalan, aneh nya hanya baru beberapa meter kaki ini berjalan ada suara yang memanggil. 

"Dev! , mau berangkat sekolah ?"
"Eh ... "
( sambil menengok ke arah suara yang memanggil ) 

Lalu ....

Bagian 1.0 - " Yang Pertama " , selesai.